Senin, 18 Maret 2013

Labiopalatoskizis

ASKEP LABIOPALATOSKIZIS

ASKEP LABIOPALATOSKIZIS
A.Definisi
Labioplatoskisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah.Palatoskisi adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
Labiopalatoskisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167)
Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003)
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003)

Ø  Beberapa jenis bibir sumbing :
1.      Unilateral Incomplete.
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
2.      Unilateral complete.
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke hidung.
3.      Bilateral complete.
Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palato skisis (subbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21).

B.ETIOLOGI
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. faktor tersebut antara lain, yaitu :
*      factor Genetik atau keturunan
Dimana material genetic dalam kromosom yang mempengaruhi/. Dimana dapat terjadi karena adaya adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex ( kromosom 1 s/d 22 ) dan 1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
*      Kurang Nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil, kekurangan asam folat.
*      Radiasi.
*      Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
*      Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella dan Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.
*      Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin.
*      Multifaktoral dan mutasi genetic.
*       Diplasia ektodermal.

C.PATOFISIOLOGI
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali.
Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang diikuti disfusi kedua bibir, rahang, dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum durum serta palatum mole terjadi sekitar kehamilan ke-7 sampai 12 mgg.
D.TANDA DAN GEJALA
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
1.      Terjadi pemisahan langit – langit.
2.      Terjadi pemisahan bibir.
3.      Terjadi pemisahan bibir dan langit – langit.
4.      Infeksi telinga berulang.
5.      Berat badan tidak bertambah.
6.      Pada bayi terjadi regurgitas nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung.

E.MANISFESTASI KLINIS
Ø  Pada labio Skisis:
Distorsi pada hidung tampak sebagian atau keduanya
Adanya celah pada bibir.
Ø  Pada palato skisis:
Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau foramen incisive
Adanya rongga pada hidung
Distorsi hidung teraba celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari
Kesukaran dalam menghisap makan.
F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.              Foto roentgen
b.              Pemeriksaan fisisk
c.              MRI untuk evaluasi abnormal
G.PEMERIKSAAN TERAPEUTIK
a.              Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan
b.              Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat
c.              Mencegah komplikasi
d.              Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan
e.              Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan dengan pembedahan usia 2-3 hari atua sampai usia beberapa minggu prosthesis intraoral atau ekstraoral untuk mencegah kolaps maxilaris, merangsang pertumbuhan tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan makan, dapat dilakukan sebelum penbedahan perbaikan.
f.                Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
H.PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya kemajuan teknik bedah, orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil akhir tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik. . Tergantung dari berat ringan yang ada, maka tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan secara bertahap. Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan penambahan berat badan yang memuaskan dan dan bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau sistemis.
Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia pubertas.
Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat cerat yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi masing-masing penderita.Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit bervariasi dari 6 bulan – 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun, maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing.
Penatalaksanaan Keperawatan
Perawatan Pra-Operasi:
Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.
Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka
Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.
Diskusikan tentang pembedahan
Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang positif terhadap bayi.
Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.
Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan pengobatan bayi.
Tahap-tahap intervensi bedah
Teknik pemberian makan
Penyebab devitasi
Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.
Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.
Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke dinding mulut.
Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.
Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan
Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.
Akhiri pemberian susu dengan air.
Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas
Pantau status pernafasan
Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan
Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi
Perawatan Pasca-Operasi
Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate
Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau sendok.
Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.
Lanjutkan dengan diet lunak
Sendawakan bayi selama pemberian makanan.
Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.
Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)
Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.
Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan untuk mencegah terjadinya aspirasi.
Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.
Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.
Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.
Monitor keutuhan jaringan kulit.
Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril, missal alat tensi.

Rabu, 06 Maret 2013

Resume neonatus

MAKALAH, ASKEP BAYI BARU LAHIR (NEONATUS)

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 38-40 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.
Neonatus (BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari,dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim.Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system.
Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa,bahkan bukan pula miniature anak.Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri.Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama.Transisi ini hampir meliputi semua system organ tapi yang terpenting bagi anastesi adalah system pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar.Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu anastesi terhadap neonates (BBL).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa defenisi BBL?
2. Apa bounding attachement BBL?
3. Bagaimana prinsip dasar penanganan bayi baru lahir?
4. Apa saja adaptasi BBL?
5. Bagaimana pemberian ASI pada BBL?
6. Apa saja kebutuhan BBL?
7. Apa pemeriksaan untuk BBL?
8. Apa saja pengobatan untuk BBL?
9. Bagaimana penatalaksanaan untuk BBL?
10. Bagaimana konsep keperawatan untuk BBL?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui defenisi BBL
2. Untuk mengetahui bounding attachement BBL
3. Untuk mengetahui prinsip dasar penanganan bayi baru lahir
4. Untuk mengetahui adaptasi BBL
5. Untuk mengetahui cara pemberian ASI pada BBL
6. Untuk mengetahui kebutuhan BBL
7. Untuk mengetahui pemeriksaan bagi BBL
8. Utuk mengetahui pengobatan bagi BBL
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan  BBL
10. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari BBL





BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFENISI
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 38-40 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.

B. BOUNDING ATTACHEMENT
1. Suatu kondisi / tindakan agar terjadinya hubungan positif antara bayi,ibu, ayah dan sibling serta keluarga yang lain
2. Bayi merasa dicintai, diperhatikan,aman dan nyaman sehingga terbentuk sosial dan dapat bereksplorasi yang merupakan awal pembentukan konsep diri
3. Jika gagal,gangguan perkembangan tingkah laku (stereotipi) misalnya  menghisap jari, menyakiti diri, tidur dilantai atau ketakutan , apatis, kemunduran kognitif/verbal

C. PRINSIP DASAR PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
1. Tujuan: menjaga jalan napas,   mempertahankan suhu tubuh,   cegah infeksi & identifikasi
2. Prinsip dasar: penanganan faktor2 risiko kematian perinatal( perdarahan, hipertensi kelahiran preterm, asfiksia & hiportermi)
3. > 50% kematian by pd masa neonatal mis krn hipotermi/ cold stress→hipoglikemi→ hipoksia→kerusakan otak/perdarahan otak

D. ADAPTASI
1. Sistem Kardiovaskular
2. Sistem Pernapasan
3. Sistem Hematopoiesis
4. Sitem Gastrointestinal
5. Sistem Imunitas
6. Sistem Integumen
7. Sistem Termogenik
8. Sistem Reproduksi
9. Sistem Neuromuskular

E. PEMBERIAN ASI
1. Bayi normal dapat disusui segera setelah lahir dangan menghisap mencegah perdarahan, perangsangan pembentukan ASI,terbina bonding
2. Ibu dijelaskan manfaat ASI termasuk kolostrum
3. Kontra indikasi ASI : mamae abses/ca, ibu sakit jantung berat/HIV/hevatitis dll
F. KEBUTUHAN BAYI BARU LAHIR
1. Merawat tali pusat : sesudah /sebelum plac lepas tak masalah
2. Menilai APGAR menit 1,5,10. normal7-10, asfiksia ringan 4-6 ,berat <3
3. Nutrisi: 12 jm I blm perlu,ini untuk memungkinkan bayi istirahat dan mengeluarkan lendir namun tergantung kebijakan masing-masing RS,saat ini bayi disusui segera dengan  ASI
4. Stimulasi,melauil sentuhan/ belaian/ pandanga menyusui. Saat ini stimulasi untuk merangsang pernafasan tak dianjurkan,kalau terpaksa isap lender

5. Identifikasi
6. Kebersihan
7. Profilaksis: tetes mata, vit K
8. Mempertahankan suhu
9. Antropometri
10. Menentukan gestasi
11. Pakaian dan selimut
12. Posisi dan lingkungan: miring dengan kepala sedikit rendah, lingkungan hangat /tenang

G. PEMERIKSAAN
• LEB : Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun kadang-kadang dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi tertentu
H. PENGOBATAN
1. Vitamin K
2. Tetes / zalf mata

I. PENATALAKSANAAN
1. mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain yang cukup hangat untuk mencegah hipotermi
2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi dan kebutuhan.
3. Memotong dan mengikat tali pusat, memberi ntiseptik sesuai ketentuan setempat.
4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada ibunya.
5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima
6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu, pemasangan gelang nama sesuai ketentuan setempat
7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi.
8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil (bisa tunggu sampai enam jam setelah lahir)
9. Menetesi obat mata bayi untuk mencegah opthalmia – neonatorum.
10. Pemerikksaan fisik dan antropometri.
11. Pemberian vitamin K oral/parenteral sesuai kebijakan setempat.
12. Rooming in (rawat gabung): penuh atau partial.

J. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Posture : inspeksi dan riwayat persalinan
b. TTV
c. Pengukuran umum : berat,panjang badan,lingkar kepala,lingkar dada,lingkar abdomen
d. Integument
e. Kepala
f. Mata
g. Hidung
h. Telinga
i. Mulut
j. Leher
k. Dada
l. Abdomen
m. Genetalia
n. Ekstremitas

2. Diagnosa Keperawatan
a. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus berlebihan, posisi tidak tepat
b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur, perubahan suhu lingkungan.
c. Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan, penyakit ibu
d. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik
e. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan imaturas, kurangnya pengetahuan orang tua

3. Intervensi
a. Dx 1
  Hisap mulut dan naso faring dengan spuit bulb sesuai kebutuhan
  Tekan bulb sebelum memasukkan dan mengaspirasi faring, kemudian hidung untuk mencegah aspirasi cairan
  Dengan alat penghisap mekanis, batasi setiap upaya penghisapan sampai lima detik dengan waktu yang cukup antara upaya tersebut memungkinkan reoksigenisasi
  Posisikan bayi miring ke kanan setelah memberikan makan untuk mencegah aspirasi
  Posisikan bayi telungkup atau miring selama tidur
  Lakukan sedikit mungkin prosedur pada bayi selama jam pertama dan sediakan oksigen untuk digunakan bila terjadi distress pernapasan
  Ukur tanda vital sesuai kebijakan institusional dan lebih sering bila perlu. Observasi adanya tanda-tanda distres pernapasan dan laporkan adanya hal berikut dengan segera: tacipnea, mengorok, stridor, bunyi napas abnormal, pernapasan cuping hidung, sianosis.
  Pertahankan popok, pakaian dan selimut cukup longgar untuk memungkinkan ekspansi paru maksimum (abdomen) dan untuk menghindari terlalu panas
  Bersihkan lubang hidung dari sekresi kering selama mandi atau bila perlu.
  Periksa kepatenan lubang hidung.

b. Dx 2
  Selimuti bayi dengan rapat dalam selimut hangat
  Tempatkan bayi dalam lingkungan yang dihangatkan sebelumnya di bawah penghangat radian atau di dekat ibu
  Tempatkan bayi pada permukaan yang diberi bantalan dan penutup
  Ukur suhu bayi pada saat tiba di tempat perawatan atau kamar ibu: lakukan sesuai kebijakan rumah sakit mengenai metode dan frekuensi pemantauan
  Pertahankan temperatur ruangan antara 24°C-25,5°C dan kelembaban sekitar 40% sampai 50%
  Berikan mandi awal sesuai kebijakan rumah sakit, cegah menggigil pada bayi sebelum mandi dan tunda mandi bila ada pertanyaan mengenai stabilisasi suhu tubuh
  Beri pakaian dan popok pada bayi dan bedong dalam selimut
  Berikan penutup kepala pada bayi bila kehilangan panas menjadi masalah karena area permukaan besar dari kepala memungkinkan terjadinya kehilangan panas
  Buka hanya satu area tubuh untuk memeriksa atau prosedur
  Waspada terhadap tanda hipotermia atau hipertermia.

c. Dx 3
  Cuci tangan sebelum dan setelah merawat setiap bayi
  Pakai sarung tangan ketika kontak dengan sekresi tubuh
  Periksa mata setiap hari untuk melihat adanya tanda-tanda inflamasi
  Jaga bayi dari sumber potensial infeksi
  Bersihkan vulva pada arah posterior untuk mencegah kontaminasi fecal terhadap vagina atau uretra

d. Dx 4
  Hindari penggunaan termometer rektal karena resiko perforasi rectal
  Jangan pernah meninggalkan bayi tanpa pengawasan di atas permukaan tinggi tanpa pagar
  Jaga agar objek tajam atau runcing berada jauh dari tubuh bayi
  Jaga agar kuku jari sendiri tetap pendek dan tumpul, hindari perhiasan yang dapat melukai bayi
  Lakukan metode yang tepat dalam penanganan dan pemindahan bayi

e. Dx 5
  Kaji kekuatan menghisap dan koordinasi dengan menelan untuk mengidentifikasi kemungkinan masalah yang mempengaruhi makan
  Berikan masukan awal sesuai keinginan orang tua, kebijakan RS dan protokol praktisi
  Siapkan untuk pemberian makan yang dibutuhkan dari bayi yang minum ASI, pemberian makan malam ditentukan oleh kondisi dan keinginan ibu
  Berikan yang makan dengan botol 2-3 formula setiap 3-4 jam atau sesuai kebutuhan
  Dukung dan bantu ibu menyusui selama pemberian makan awal dan lebih sering bila perlu
  Hindari pemberian makan suplemen atau air rutin untuk bayi yang minum ASI
  Dorong ayah atau orang tua pendukung lain untuk tetap bersama ibu untuk membantu ibu dan bayi dalam merubah posisi, relaksasi dll
  Dorong ayah atau orang pendukung lain untuk berpartisipasi dalam pemberian makan dengan botol
  Tempatkan bayi miring ke kanan setelah makan untuk mencegah aspirasi
  Observasi pola feces











BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 38-40 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.
 Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun kadang-kadang dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi tertentu
 Obat profilaksis yang rutin diberikan pada bayi baru lahir yaitu:
1. Vitamin K
2. Tetes / zalf mata

B. SARAN
Jika dalam penuilisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

  Mansjoer,dkk.2000. Kapita selekta Kedokteran edisi III jilud 2.Jakarta. MediaAesculapius
  Abdul atif,1993.Penatalaksanaan Anastesi pada Bedah Akut Bayi Baru Lahir.Jakarta
  Warih BP,Abubakar M.1992.Fisiologi pada neonates.Surabaya
  http://sis-doank27.blogspot.com/2010/06/askep-bayi-baru-lahir-normal.html